Contoh Kasus Karena Faktor Ekonomi, Biologis, Psikologis, Budaya


Contoh Kasus Karena Faktor Ekonomi, Biologis, Psikologis, Budaya


Faktor Ekonomi
Perceraian Karena Faktor Ekonomi Terus Meningkat

Penyebab perceraian karena faktor ekonomi dari tahun 2008 hingga 2011 terus meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Bandung, tercatat pada tahun 2008, perceraian yang terjadi karena faktor ekonomi berjumlah 30 kasus dari total 2.590 kasus perceraian. Jumlah tersebut terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi 1.118 kasus dari total 4.165 kasus. Perceraian karena faktor ekonomi itu masalah yang biasa, seperti beda pendapatan, misalnya. Dimana dalam hal ini istri berpenghasilan lebih besar dari suami, atau di sisi lain, sang suami itu tidak kerja.

Faktor Biologis
Hubungan Penjahat Dengan Faktor Biologis

Penjahat bukan sebenarnya (pseudo criminal) yaitu mereka yang melakukan tindak pidana karena keadaan yang sangat melukai hati secara luar biasa dan mereka yang melakukan tindak pidana hanya karena tindakan teknis, tanpa menyangkut suatu nilai moral atau norma, misalnya pelanggaran lalu lintas, dsb. Penjahat karena kebiasaan, penjahat ini pada saat lahir normal, namun sejak masa kanak-kanak dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang jahat, akhirnya kebiasaan itu menjadi watak yang menyimpang dari anggota masyarakat normal.

Faktor Psikologis
Faktor Psikologis Sebagai Penyebab Masalah Sosial

Faktor psikologis bisa menyebabkan masalah sosial jika psikologis pada suatu masyarakat sangat lemah. Contohnya saja masyarakat yang mudah terprovokasi untuk melakukan unjuk rasa atau demo atas perubahan kebijakan pemerintah oleh pihak oposisi pemerintah. Tawuran antar pelajar juga bisa menjadi salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktro psikologis. Dari contoh ini bisa dilihat, bahwa faktor sosial bisa menyebabkan konflik/kerusuhan antar masyarakat. Dalam hal ini, edukasi emosional diperlukan sejak dini dalam lingkungan pendidikan formal atau dari aparatur pemerintah kepada masyarakat sekitar.

Faktor Budaya
Tragedi Sampit

Tragedi ini bermula dari konflik antara kelompok etnis Dayak dan Madura yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah. Tempo mencatat konflik bermula pada 18 Februari 2001 saat empat anggota keluarga Madura, Matayo, Haris, Kama dan istrinya, tewas dibunuh. Warga Madura lantas mendatangi rumah milik suku Dayak bernama Timil yang dianggap telah menyembunyikan si pembunuh. Massa meminta agar Timil menyerahkan pelaku pembunuhan itu. Karena permintaan mereka tidak dituruti, massa marah dan membakar rumah. Insiden malam itu dapat dihentikan polisi. Sayang, pembakaran terus meluas ke rumah-rumah lainnya.
Warga Dayak pinggiran Sampit pun mulai berdatangan, baik melalui darat maupun sungai. Etnis Madura dikejar dan dibunuh. Penduduk asli sepertinya tahu di mana kantong-kantong warga Madura berada. Tua-muda pria-wanita menjadi sasaran pembunuhan. Di beberapa ruas jalan, tampak bergelimangan tubuh korban tanpa kepala. Sebagian besar warga dari etnis Madura harus diungsikan ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. Korban bertambah dan sudah tidak bisa dihitung berapa rumah dan fasilitas umum yang terbakar. Diperkirakan korban jiwa mencapai angka 469 orang dalam konflik yang berlangsung selama 10 hari ini.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Penelitian Lapangan, Kelebihan, dan Kekurangan

Budaya Kerja di PT. Bayer Indonesia

Manajemen Layanan Sistem Informasi